DERO.NGAWIKAB.ID – Sektor yang paling terpukul dimasa Pandemi Covid-19 adalah sektor ekonomi dan masih berlangsung hingga saat ini. Dampaknya sangat telak terutama terhadap dunia usaha juga terlebih terhadap pelaku usaha UMKM.
Berita Terkait : GANDENG OPERATOR WEBSITE DESA DERO, MAHASISWA SOERJO NGAWI KUNJUNGI ANYAMAN BAMBU, YANG MENJADI PRODUK UNGGULAN DESA DERO.
Untuk menjamin kesejahteraan maka kegiatan perekonomian di masyarakat saat ini harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi, supaya bisa bertahan pada masa pandemi Covid-19 saat ini, dimana keadaan ekonomi serba belum pasti. Oleh karena itu masyarakat dituntut untuk kreatif menghadapi tuntutan ekonomi.

Seperti halnya pelaku UMKM, Perajin Anyaman Bambu dari Desa Dero Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi ini. Mereka masih bertahan dan terus memproduksi hasil kerajinan bambu, dimasa pandemi Covid-19. Seolah mereka enggan tergerus oleh kemajuan zaman di tengah maraknya perkakas serta perabotan yang terbuat dari plastik.

Parji (42) tahun warga Desa Dero inilah orangnya, ia sudah menggeluti kerajinan bambu selama 10 tahun lebih, meskipun sebagai pekerjaan sambilan namun masih saja ditekuni secara turun-temurun, sehingga menjadi Ikon industri rumahan berbasis kearifan lokal bagi Desa Dero.

Kerajinan anyaman bambu seperti membuat Bakul Nasi, Dunak, Ceting (wadah tempat makanan) serta Capil, Tas, Lampion, motor – motoran, kapal – kapalan, serta Aksesoris lainnya, di Desa Dero cukup dikenal dengan baik oleh masyarakat dari dalam dan luar Kabupaten Ngawi. Jika ada yang minat, mereka datang ke Desa Dero Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi untuk melakukan pemesanan.
“Tetap membuat karena ada pesanan. Saya sejak remaja sudah belajar membuat bakul bambu,” kata Parji
Kata Parji setiap hari mampu membuat lima buah jenis anyaman bambu,
“Setiap hari kita bisa memproduksi lima jenis anyaman dari bambu untuk diambil para pemesan,”tuturnya.

Baca Juga :
Gelar Patroli Malam, Personel Polsek Bringin Ingatkan Warga Protokol Kesehatan
Dirinya mengaku, selama pandemi Covid-19, omzet penjualan kerajinan yang dibuatnya menurun. Padahal harganya relatif murah dan terjangkau. Untuk harga dari perabotan yang paling murah kita patok harga Rp.3 ribu/ buah hingga yang paling mahal Rp.25 ribu/ buah dan untuk miniatur mulai harga Rp 30 ribu sampai Rp 150 ribu.
“Murah, dari dahulu juga bertahan harganya, bakul/wakil/besek ini untuk wadah nasi dan lauk bagi warga yang punya hajat. Meskipun ada corona, tetap membuat di rumah,” terangnya.
Diketahui, untuk bahan Bambu Apus/Jawa, Parji tidak kesulitan karena sudah ada pemasok yang datang kepada para perajin, mengakhiri perbincanganya dengan dero.ngawikab.id.